Terapi suportif merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat
dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada klien dengan
masalah isolasi sosial. Menurut Heller (dalam Surtiningrum, 2011) hasil penelitian mengindikasikan
peer support berhubungan dengan peningkatan fungsi secara psikologis, sedangkan
mutual support (dukungan yang bermanfaat) adalah suatu proses partisipasi
dimana terjadi berbagi berbagai pengalaman, situasi, dan masalah yang difokuskan
pada prinsip memberi dan menerima, mengaplikasikan keterampilan sosial dan
pengembangan pengetahuan dari masing-masing anggota kelompok. Dengan demikian
terapi suportif ini diberikan pada sekumpulan klien yang memiliki permasalahan
yang sama.
Secara umum terapi suportif ini bertujuan membawa klien ke dalam
keseimbangan emosional secepat mungkin dengan cara memperbaiki symptom-symptom,
sehingga klien dapat berfungsi kembali secara normal (Wolberg dalam Purwandari,
2009).
Tujuan:
Mendukung
funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang adaMemperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik.
Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance,
katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi
lingkungan, terapi kelompok.
2. Terapi reedukatif (Reeducative
teraphy)
Tujuan:
Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan
yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi
kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
3. Terapi Rekonstruktif (reconstructive
theraphy)
Tujuan :
Dicapainya tilikan (insight)
akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas
struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan
Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.),
psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.