KEPRIBADIAN DALAM TEORI PSIKOANALISA
Dalam teori psikoanalisa,
kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau
sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain
saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
1. Id
Id/das es adalah sistem
kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan.
Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai
penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk
operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan
fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak
menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
Untuk keperluan mencapai maksud dan
tujuannya itu, id mempunyai perlengkapan berupa dua macam proses, proses yang
pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau
tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada
individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer. Yaitu suatu
proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Dengan proses
primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha
mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa
mengurangi teganan.
2. Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Menurut Freud, ego tebentuk pada
struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau
mengurangi tegangan oleh individu..
Ego dalam menjalankan fungsinya
sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak
dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi yang paling dasar ego
adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
3. Superego
Superego/das Uberich adalah sistem
kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya
evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Adapun fungsi utama dari superego
adalah :
- Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
- Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
- Mendorong individu kepada kesempurnaan.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Freud menyatakan gagasan bahwa
energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan sebaliknya. Yang
menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri-nalurinya.
1. Naluri
Menurut Freud, naluri atau insting
adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan
terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.
2. Macam-macam naluri
Freud berpendapat bahwa
naluri-naluri yang ada pada manusia itu ada dua macam, yaitu naluri-naluri
kehidupan (life instincts) dan naluri-naluri kematian (death instincts).
3. Penyaluran dan penggunaan energi
psikis
Dalam teori Freud dinamika
kepribadian terdiri dari jalan tempat energi psikis disalurkan dan digunakan
oleh id, ego dan superego. Karena jumlah energi itu terbatas, maka diantara
ketiga sistem kepribadian tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam
penggunaan energi. Satu sistem ingin mengambil kendali dan ingin memperoleh
lebih banyak dari pada yang lainnya. Apabila salah satu sistem memperoleh
energi lebih banyak, maka sistem-sistem yang lain akan kekurangan energi dan
akan menjadi lemah, sampai energy baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.
4. Kecemasan
Freud membagi kecemasan menjadi tiga
jenis, yaitu kecemasan riel, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan
real adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang
berasal dari dunia luar, sedangkan yang dimaksud dengan kecemasan neurotik
adalah kecemasan atas tidak terkendalikannya naluri-naluri primitif oleh ego
yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Adapun yang dimaksud kecemasan moral
adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu yang
telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
5. Mekanisme Pertahanan Ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan
ego adalah strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka
dari dorongan-dorongan id, maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego,
dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Freud menguraikan adanya tujuh macam
mekanisme pertahanan ego, yaitu :
a.
Represi
Represi adalah mekanisme yang
dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan
dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan
tersebut kedalam tak sadar.
b.
Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme
pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan
cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab
kecemasan kedalam bentuk (tingkah laku) manusia yang bisa diterima dan dihargai
masyarakat.
c.
Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan,
sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
d.
Displacement
Displacement adalah pengungkapan
dorongan yang menimbulkan kecemasan pada objek atau individu yang kurang
berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula.
e.
Rasionalisasi
Rasionalisasi menunjuk kepada upaya
individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan yang mengancam ego,
melalui alas an tertentu yang seakan-akan masuk akal.
f.
Reaksi formasi
Reaksi formasi adalah reaksi dimana
kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar
tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya.
g. Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme
dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali
kepada taraf perkembangan yang lebih rendah serta bertingkah laku seperti
ketika dia berada dalam taraf yang lebih rendah itu.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori psikoanalisa mengenai
perkembangan kepribadian berlandaskan dua premis, pertama, premis bahwa
kepribadian individu dibentuk oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak
awal. Kedua, energy seksual (libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang
melalui serangkaian tahapan psikoseksual yang bersumber pada proses-proses
naluriah organism.
Freud menyatakan bahwa pada manusia
terdapat tiga fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya
menentukan bagi pembentukan kepribadian. Tiga fase tersebut adalah :
1. Fase Oral
Fase oral adalah fase pertama yang
berlangsung pada perkembangan kehidupan individu. pada fase ini, daerah erogen
yang paling penting dan paling peka adalah mulut.yakni berkaitan dengan
pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau minuman. Stimulasi atau perangsangan
atas mulut merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
2. Fase Anal
Fase anal dimulai dari tahun kedua
sampai tahun ketiga kehidupan. Pada fase ini energy liibidal dialihkan dari mulut
ke daerah dubur,serta kesenangan dan kepuasan diperoleh dengan tindakan
mempermainkan atau menahan kotoran (faeces). Pada fase ini pula, seorang anak
diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan yang disebut toilet training.
3. Fase Falik
Fase falik ini berlangsung pada
tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya
dialihkan dari daerah dubur kedaerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai
tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud untuk
memperoleh kepuasan.
VALIDASI EMPIRIS ATAS KONSEP-KONSEP
PSIKOANALISA
Dalam pembahasan berikut, akan
diungkapkan beberapa penelitian yang dilakukan dalam rangka menguji validitas
konsep-konsep psikoanalisa. Penelitian-penelitian tersebut adalah :
- Penelitian mengenai represi.
- Kompleks kastrasi dan penis envy dalam mimpi.
- Humor dan tertawa.
- Pemilihan anak laki-laki versus anak perempuan.
PENERAPAN PSIKOANALISA DALAM
PSIKOTERAPI
1. Penggunaan Asosiasi Bebas
Dengan menggunakan asosiasi bebas,
pasien didorong untuk melepaskan seluruh refleksi kesadarannya, mengikuti
pemikiran dan perasaannya secara spontan. Sehingga pengungkapan hal-hal
yang terlintas dalam pikiran pasien tersebut berjalan dengan
lancar.
Asosiasi bebas bertumpu pada
anggapan bahwa satu asosiasi mengarahkan pada hal-hal lain yang terdapat jauh
dialam tak sadar. Asosiasi yang diucapkan oleh pasien ditafsirkan sebagai
pengungkapan tersamar atau berkedok dari pemikiran atau perasaan yang direpres.
2. Analisis Mimpi
Freud memandang mimpi sebagai jalan
utama menuju kea lam tak sadar karena dia melihat isi mimpi ditentukan oleh
keinginan-keinginan yang direpres. Mimpi juga bisa ditafsirkan sebagai pemuasan
simbolis dari keinginan-keinginan, dan isinya sebagian merefleksikan
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal.
3. Analisis Transferensi
Transferensi adalah fenomena saat
pasien menggunakan mekanisme pertahanan ego, dimana impuls tak sadar dialihkan
sasarannya dari objek satu ke objek lainnya.
Dalam fenomena transferensi, pasien
akan mengalami neurosis transferensi, dimana neurosis transferensi ini membantu
memperoleh pemahaman atas cara-cara pasien dalam mengamati, merasakan dan
bereaksi terhadap figur orang-orang yang berarti pada awal kehidupannya.
4. Reedukasi
Reedukasi bukanlah suatu teknik
terapi psikoanalisa, melainkan suatu upaya mendorong pasien agar memperoleh
pemahaman baru atas kehidupan yang dijalaninya. Reedukasi ini dilakukan
pada tahap akhir dari terapi.
B.F.
SKINNER: TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORSME
PENDEKATAN PSIKOLOGI SKINNER
1. Tentang Otonomi Manusia
Skinner menolak seluruh penguraian
tingkah laku yang didasarkan pada keberadaan agen hipotesis yang terdapat dan
menentukan diri manusia seperti self, ego dan sebagainya. Menurut Skinner
mekanisme mentalistik dan intrapsikis itu bersumber pada pemikiran animisme.
Skinner menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia
yang menjadikan manusia memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah
laku. Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada pengetahuan kita, dan dengan
sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita
mengetahui lebih banyak tentang tingkah laku. Skinner berpendapat bahwa kita
tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu kepribadian, keadaan jiwa,
perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran atau prasyarat-prasyarat lain
dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai tingkah laku
manusia.
2. Penolakan atas penguraian
fisiologis-genetik
Skinner tidak percaya bahwa jawaban
akhir dari pertanyaan-pertanyaan psikologi akan bisa ditemukan dalam
laboratorium ahli fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau
konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar
berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol
tingkah laku.
3. Psikologi sebagai ilmu
pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh
tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dibawa
kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut Skinner, ilmu
pengetauan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak
berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data yang
bertujuan untuk meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri (dalam
psikologi Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku).
4. Kepribadian menurut perspektif
behviorisme
Menurut Skinner, individu adalah
organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia
bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point
dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama
menghasilkan akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi tentang
kepribadian ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah
laku organism dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
PENGONDISIAN OPERAN
Skinner membedakan dua tipe respons
tingkah laku, yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku
responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus
yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons.
Tingkah laku responden yang tarafnya
lebih tinggi, dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa dikondisikan.
1. Mencatat tingkah laku operant
Skinner beranggapan bahwa hukum-hukum
fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan pada
faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi probabilitas kemunculan
respons dilain waktu dari pada menciptakan stimulus spesifik yang memacu
respons.
Dalam pengondisian operant, tingkah
laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Karena
sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan merespon dari
organisme (jumlah respon yang dihasilkan dari waktu tertentu).
Pengondisian operan ini memungkinkan
peneliti bisa menguji atau memeriksa bagaimana variabel-variabel (penguatan
atau hukuman) mengetahui tingkah laku operan dalam periode yang diperpanjang.
2. Jadwal perkuatan
Inti dari pengondisian operan
menunjukkan bahwa tingkah laku yang diberi penguatan akan cenderung diulang.
Sebaliknya, tingkah laku yang tidak diberi penguatan (dihukum) akan cenderung
dihentikan oleh organisme.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan
jadwal perkuatan itu sendiri adalah aturan yang menentukan dalam keadaan
bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan
Dalam system Skinner, terdapat
beberapa jadwal perkuatan yang bebeda, yang kesemuanya bisa dikategorikan
menurut dua dimensi dasar, yaitu :
a. Perkuatan yang diberikan hanya
setelah organisme melalui interval waktu (disebut jadwal perkuatan interval).
b. Perkuatan yang diberikan hanya
setelah organisme menunjukkan sebuah respons (disebut jadwaL perkuatan
perimbangan).
3. Tingkah laku takhyul
Pengondisian operan ini diantarai
oleh kausal-temporal antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi
yang dihasilkannya. Tetapi sering terjadi kaitan antara respons dan hasil yang
mengikutinya muncul semata-mata karena kebetulan. Tingkah laku yang disandarkan
pada hubungan respon perkuatan kebetulan itu disebut juga tingkah laku takhyul.
Menurut Skinner, tingkah laku takhyul akan muncul dalam keadaan individu
percaya bahwa tingkah laku tertentu yang diungkapkannya merupakan penyebab dari
kejadian yang telah dan akan dialaminya.
Skinner juga mengemukakan bahwa
tingkah laku takhyul itu tidak hanya merupakan hasil dari pengalaman pribadi
atau kisah pengondisian individual, melainkan banyak diantaranya yang berasal
dari pengalaman bersama dan turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
4. Shaping
Shaping adalah pembentukan suatu
respons melalui pemberian perkuatan atas respons-respons lain yang mengarah
atau mendekati respons yang ingin dibentuk itu. Dengan demikian, peneliti bisa
mpemperpendek waktu yang bisa diperlukan untuk mengondisikan respons, dan bisa
juga meningkatkan rentang dari tungkah laku operan yang tidak bisa dicapai
melalui pengondisian standar yang kaku.
5. Pemerkuat sekunder
Skinner berpendapat bahwa pemerkuat
itu terdiri dari dua jenis, yakni pemerkuat primer dan pemerkuat sekunder.
Pemerkuat primer (pemerkuat tak berkondisi) adalah kejadian atau objek yang
memiliki sifat memperkuat secara inheren. Sedangkan pemerkuat sekunder adalah
hal, kejadian atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan
yang erat dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengondisian
atas proses belajar pada organisme. Perubahan kecil dalam prosedur standar
pengondisian operan menunjukkan bagaimana stimulus netral bisa memperoleh daya
atau nilai pemeerkuat bagi suatu tingkah laku. Halm yang paling penting bagi
pemerkuat sekunder adalah kecenderungannya untuk digeneralisasikan apabila
dipasangkan dengan lebih dari satu pemerkuat primer.
Skinner menyatakan bahwa pemerkuat
sekunder memang memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan pengendalian
tingkah laku. Tetapi, karena masing-masing individu mempunya pengalaman yang
berbeda, maka nilai pemerkuat sekunder itu belum tentu sama bagi semua orang.
6. Penggunaan stimulus aversif
Stimulus aversif adalah stimulus
yang tidak menyenangkan, tidak diharaokan dan selalu dihindari oleh organisme.
Skinner menyebutkan bahwa ada dua metode yang berbeda sehubungan dengan
penggunaan stimulus aversif ini, yakni pemberian hukuman (punishment) dan
perkuatan negatif
7. Generalisasi dan diskriminasi
stimulus.
Generaslisasi stimulus adalah
kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari
satu situasi stimulus ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan diskriminasi stimulus adalah suatu proses belajar bagaimana
merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda.
VALIDASI EMPIRIS ATAS TEORI BELAJAR
SKINNER
Validasi empiris atas teori belajar
Skinner bisa diketahui dari berbagai pendapat Skinner, meliputi :
- Metode penelitian Skinner
- Terapi tingkah laku, dan
- Penanggungan masalah perkawinan
PENERAPAN: DUNIA SEBAGAI KOTAK
SKINNER
1. Teknologi tingkah laku
Menurut Skinner, seluruh masalah
utama yang dihadapi dunia modern dewasa ini adalah menyangkut tingkah laku
manusia. Yang mana masalah tersebut tidak akan bisa teratasi jika hanya
mengandalkan fisika atau kimia. Yang dibutuhkan justru teknologi tingkah laku.
Dengan kata lain, untuk memahami tingkah laku manusia kita harus melihat
faktor-faktor penyebab yang sesungguhnya, yaitu faktor lingkungan.
Skinner beranggapan bahwa
sifat-sifat atau gambaran-gambaran dari manusia otonom yang paling menghambat
atas terbentuknya teknologi tingkah laku adalah “kebebasan dan kemuliaan:
2. Kebebasan
Menurut Skinner manusia dan
kemanusiaan tidak akan sepenuhnya lepas dari kendali lingkungan, melainkan
hanya lepas dari pengendali-pengendali tertentu. Untuk memperbaiki keadaan
manusia, manusia itu sendiri harus menghentikan usaha pencarian kebabasan yang
sia-sia, dan memusatkan perhatian ilmiah kepada perubahan drastis dari
struktur-struktur sosial.
3. Kemuliaan
Konsep mengenai kemuliaan manusia
(human dignity) adalah menyangkut penghormatan dan pemeliharaan martabat
manusia. Menurut Freud penganut konsep tersebut menentang kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tingkah laku, sebab mereka dihambat oleh ilusi
mengenai kemuliaan dan tanggung jawab manusia otonom itu. Oleh karena itu
konsep kemuliaan menghambat kemajuan manusia. Dan jika kita ingin membangun
konsep dunia versi skinner, konsep kemuliaan harus dibuang bersama konsep
kebebasan.
4. Hukuman
Skinner menentang hukuman tidak
hanya karena hukuman itu berasal dari konsep yang keliru mengenai tingkah laku
manusia. Tetapi juga hukuman itu bersifat tidak efektif. Selain itu, menurut
Skinner bahwa salah satu tugas utama kita adalah membuat kehidupan kurang dari
hukuman dengan merancang masyarakat yang tidak perlu menggunakan hukuman
sebagai pengendali tingkah laku para anggotanya.
5. Alternatif dari Hukuman
Skinner menyatakan bahwa
alternatif-alternatif lain dari hukuman itu tidak efektif. Selain itu
alternatif lain dari hukuman dipraktekkan secara kaku. Alternatif-alternatif
itu menurut Skinner antara lain permissiveness, bimbingan dan metode
“mengubah pikiran”. Permissiveness atau kebijakan membiarkan adalah cara
yang tidak efektif disebabkan kebijakan semacam ini meninggalkan aspek-aspek
lain dari pengendalian lingkungan.
6. Nilai-nilai
Menurut Skinner, memutuskan atau
menilai suatu hal sebagai baik atau buruk mengandung arti mengklasifikasikan
suatu hal tersebut ke dalam rangka efek-efek memperkuatnya. Tegasnya, sesuatu
yang baik adalah sesuatu yang memperkuat secara positif. Sedangkan sesuatu itu
dikatakan buruk apabila memperkuat secara negatif. Sasaran umum yang dimaksud
Skinner dalam hal ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Dimana
masing-kmasing orang diperkuat atau memperoleh perkuatan secara maksimal.
7. Evolusi Kebudayaan
Penciptaan utopia behaviorisme
menuntut pemahaman mengenai bagaimana kebudayaan-kebudayaan atau
lingkungan-lingkungan sosial berkembang. Menurut Skinner, peranan teknologi
tingkah laku dalam pemeliharaan kelangsungan kebudayaan itu adalah membantu
percepatan evolusi kebudayaan.
8. Perancangan kebudayaan
Skinner mangajukan gagasan tentang
perancangan kebudayaan menurut prinsip behaviorisme. Menurut Skinner,
kebudayaan mirip dengan kotak eksperimen yang sering ia gunakan dalam
penyelidikan tingkah laku. Karena pada keduanya terdapat
keniscayaan-keniscayaan dari perkuatan. Skinner juga beranggapan bahwa,
rancangan kebudayaan ilmiah itu hanyalah satu cara dari kita untuk memelihara
kelangsungan kebudayaan dan kehidupan kita sendiri. Kebudayaan kita, yang telah
menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu menyelamatkan dan
diselamatkan pengelolanya melalui tindakan-tindakan yang efektif
9. Penghapusan konsep manusia
otonom.
Skinner menegaskan perlunya
penghapusan konsep manusia otonom, karena keberadaan manusia otonom berikut
atribut-atribut mentalnya sangan kabur, menurut Skinner, pada gilirannya konsep
manusia otonom itu setahap demi setahap harus dihapuskan dan digantikan oleh
konsep dan upaya pengendalian tingkah laku.
ABRAHAM
MASLOW: TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
EKSISTENSIALISME DAN PSIKOLOGI
HUMANISTIK
Eksistensialisme adalah aliran
filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu yang dan sebagai
problema yang unik dengan keberasaannya. Menurut aliran eksistensialisme,
manusia adalah hal yang-mengada-dalam dunia (being in the word) dan menyadari
penuh akan keberadaannya. Para filsuf eksistensialisme percaya bahwa setiap
individu mengalami kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib
atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan
keberadaannya itu. Sejumlah tokoh dari eksistensialisme ini adalah Soren
Kierkegarrd, Nietzsche, Karls Jaspers, Martin Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty,
Camus, Binswanger, Medard Boss dan Viktor Frankl.
Eksistensialisme ini menarik bagi
para ahli psikologi humanistik. Para ahli humanistic pun menekankan bahwa
individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia
adalah agen yang sadar, beabas meilih atau menentukan setiap tindakannya.
Konsep penting lainnya bagi
psikologi humanistik yang diambil dari eksistensialisme adalah konsep
kemenjadian (becoming). Menurut konsep ini, manusia tidak pernah diam, tetapi
selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya.
AJARAN-AJARAN DASAR PSIKOLOGI
HUMANISTIK
1. Individu sebagai keseluruhan yang
integral
Salah satu aspek yang fundamental
dari psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus
dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas dan terorganisasi.
2. Ketidakrelevanan penyelidikan
dengan hewan
Para psikologi humanistic
mengingatkan tentang adanya perbedaan antara manusia dengan hewan. Maslow menegaskan
bahwa penyelidikan manusia dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami
tingkah laku manusia karena mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia.
3. Pembawaan baik manusia
Psikologi humanistik memiliki
anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik. Kekuatan jahat atau
merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk,
bukan merupakan bawaan.
4. Potensi kreatif manusia
Salah satu prinsip dari psikologi
humanistic adalah bahwa potesnsi kreatif merupakan potensi umum yang ada pada
manusia. Maslow juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang kehilangan
kreativitasnya menjadikan mereka ”tak berbudaya”
5. Penekanan pada kesehatan
psikologis
Psikologi humanistik memandang self-fulfillment
sebagai tema yang utama dalam hidup manusia. Suatu tema yang tidak akan
ditemukan pada teori lain yang berlandaskan studi atas individu yang mengalami
gangguan.
TEORI KEBUTUHAN BERTINGKAT
Menurut maslow, bagi manusia
kepuasan itu bersifat sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, maka
kebutuhan-kebutuhan lain akan menutut pemuasa,. begitu setersunya. Berdasarkan
ciri demikian, Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada pada manusia
adalah merupakan bawaan dan tersusun menurut tingkatan (bertingkat). Kebutuhan
yang tersusun bertingkat itu dirinci kedalam lima tingkat kebutuhan, yaitu :
- Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan akan cinta dan memiliki
- Kebutuhan akan rasa harga diri, dan
- Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Menurur Maslow, ke butuhan yang ada
di tingkat dasar pemuasannya lebih mendesak dari pada kebutuhan yang ada di
atasnya. Susunan kebutuhan dasar yang bertingkat itu merupakan organisasi yang
mendasari manusia. Dengan melihat kebutuhan individu tersebut, kita bisa
melihat kualitas perkembangan kepribadian individu tersebut. Semakin individu
itu mampu memuaskan kebutuhannya yang tinggi, maka individu itu akan semakin
semakin mampu mencapai individualitas, matang dan berjiwa sehat.
Maslow mengingatkan bahwa dalam
pemuasan kebutuhan itu tidak sselalu kebutuhan yang ada di bawah lebih penting
atau didahulukan dari kebutuhan yang ada diatasnya. Tetapi tentu saja hal
tersebut merupakan suatu kekecualian, karena secara umum kebutuhan yang lebih
rendah pemuasannya lebih mendesak dari pada kiebutuhan yang lebih tinggi.
MOTIF KEKURANGAN DAN MOTIF
PERTUMBUHAN
Maslow membagi motif-motif manusia
kedalam dua kategori, yakni motif kekurangan (deficite motive) dan motif
pertumbuhan (growth motive). Motif-motif kekurangan menyangkut kebutuhan
fisiologis dan rasa aman.. sasaran utama dari motif kekurangan ini adalah
mengatasi peningkatan tegangan organismik yang dihasilkan oleh keadaan
kekurangan. Motif-motif kekurangan ini menjadi penentu yang mendesak bagi
tingkah laku individu. ia mengajukan lima criteria atau ciri dari motof
kekurangan, yakni :
- Ketiadaan pemuasnya membuat sakit
- Adanya atau kehadiran pemuasnya mencegah sakit
- Perbaikan atau pengadaan pemuasnya meyembuhkan sakit
- Di bawah kondisi memilih, pemenuhan motif kekurangan akan diutamakan
- Motif-motif kekurangan tidak begitu dominan pada orang sehat
Berbeda dengan motif
kekurangan, motif pertumbuhan adalah motif yang mendorong individu untuk
mengungkapkan potensi-potensinya. Arah dari motif pertumbuhan ini adalah memperkaya
kehidupan dengan memperbanyak belajar dan pengalaman dan karenanya juga
member semangat hidup. Maslow mengemukakan bahwa motif-motif pertumbuhan pada
manusia adalah nalurian dan inheran. Karena itu motif pertumbuhan harus
terpuaskan apabila kesehatan psikologis ingin terpelihara dan perkembangan yang
maksimal ingin dicapai.jika tidak terpuaskan, maka individu tersebut akan sakit
secara “psikologi”, “penyakit” tersebut oleh Maslow disebut metapatologi.
Di bawah ini adalah tabel penjelasan
dari motif-motif pertumbuhan dan bentuk-bentuk metapatologi yang mungkin
muncul.
Motif
pertumbuhan
|
Metapatologi
|
|
VALIDASI EMPIRIS ATAS TEORI
KEPRIBADIAN MASLOW
Usaha-usaha untuk menguji atau
membuktikan teori Maslow, terutama dipusatkan pada dua konsep, yaitu :
- Pengujian atas konsep kebutuhan bertingkat
- Pengukura n dan alat ukur aktualisasi diri
Perhatian dan usaha empiris hanya
ditujukan kepada kedua konsep tersebut karena keduanya telah member sumbangan
yang besar terhadap psikologi dan teori kepribadian.
PENERAPAN: AKTUALISASI DIRI SEBAGAI
CORAK HIDUP IDEAL
Dalam pencapaian aktualisasi diri,
memerlukan banyak syarat yang tidak mudah untuk dipenuhi. Maslow menyebutkan
syarat yang paing pertama dan utama bagi pencapaian aktualisasi diri adalah
terpuaskannya kebutuhan-kebutuhan dasar dengan baik. Tetapi di lain pihak,
Maslow juga menyebutkan bahwa pengetahuan mengenai ciri orang yang
self-actualized memiliki arti penting, yakni sebagai patokan atau
standar untuk mengukur kemajuan diri, sekaligus sebagai standar untuk perbaikan
diri dengan harapan bisa mencapai taraf hidup yang ideal. Ciri-ciri orang yang self
actualized yang dimaksud Maslow adalah :
- Mengamati realitas secara efisien
- Penerimaan atas diri sendiri, orang lain, dan kodrat
- Spontan, sederhana, dan wajar
- Terpusat pada masalah
- Pemisahan diri dan kebutuhan privasi
- Kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan
- Kesegaran dan apresiasi
- Pengalaman puncak atau pengalaman mistik
- Minat sosial
- Hubungan antar-pribadi
- Berkarakter demokratis
- Perbedan antara cara dan tujuan
- Rasa humor yang filosofis
- Kreativitas
- Penolakan enkulturasi
No comments:
Post a Comment